Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Selasa, 23 Oktober 2012
My BFF
“RABB, janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesalahan sesudah engkau berikan pentunjuk kepada kami dan karuiakanlah kepada rahmat di sisiMu. Sungguh hanya engkaulah yang maha pemberi karuinia,’’ aku menghela napas panjang, akhirnya aku bisa menghapal surah QS.Al-Imran<3>:8. Sudah beberapa hari ini aku membaca buku uangku yang berjudul ‘The Concept of God in Islan’. Entah mengapa sejak meliahat buku ini pertama kali dipasar loak, hatiku langsung tergerak untuk membaca seluruh buku ini. Saat itu aku bertanya kepada sang penjual “apakah buku ini dijual ?” si penjual yang mulanya cemberut karena tak ada yang membeli dagangannya, lansung berdiri dan tersenyum ramah padaku sambil berkata,”tentu saja anak muda, apakah engkau berminat membelinya ?”. “Emm..ya, berapakah harganya paman ?”, si penjual tersenyum kembali,” harganya 3 dolar, harga spesial untuk pembili pertamaku hari ini !”. aku segera merogoh kantong celana jins bututku dan menemukan 4 dolar,”bisakah aku mendapaktnya dengan 2 dolar paman ? Aku hanya punya 4 dolar di kantongku ini.” Sebenarnya aku tidak tega menawar, namun aku benar-benar menginginkan buku itu. Si penjualpun berkata “Baiklah pemuda sepertinya kau benar- benar menginginkan buku ini”. Jika teringant saat itu aku selalu tersenyum
Oya aku hampir lupa memperkenalkan diri, namaku Farid Lautner. Cukup aneh, bukan ? tapi itulah nama yang diberikan oran tua angkatku. Aku seorang muslim dan… yatim piatu. Tidak usah tanyakan sebab aku menjadi yatim piatu. Aku sudah cukup bahagia dengan kehidupanku sekarang. Orangtua angkatku pangil saja Mr. Lautner dan Mrs. Lautner sangat menyayangiku. Mereka tidak memiliki anak ya… karena itu aku adalah anak beruntung yang jadi adobsi mereka. Mr. Lautner dan Mrs. Lautner jufga penganut ajaran islam. Aku rasa cukup perkenalandirinya. Eitts… aku tidak percaya melupakan hal ini, aku sekarang seorang mahasiswa di universitas 0 di negara I, dan aku suka banget tuh yang namanya buku.
“Farid ! Farid !” suara cempreng yang sudah sangat kukenal ini, membuyarkan lamunanku. “Ya,…jack ada apa ?”
“Apakah kau sudah mendengar gosip ….bla….bla…”
Kalau sudah mendengar kata gosip, aku tidak akan meladeni perkataan sahabatku ini. Jack memang bermulut besar dan’an orange wit alip’, tapi dia bukan thomas
“Hentikan omong kosongmu, Jack The Big Mouth!” Nah ini sorang sahabatku lagi panggil saja ia Petter.
“Aku bukan The Big Mouth !” Jack cemberut, Jack dan Petter memang sering bertengkar dan aku adalah si penegah. Tapi, ketahuilah kami benar-benar BFF alias ‘best friend forever’, hahaha…
“Sahabat-sahabat ku bisakah kalian berhenti bertengkar ?!” meraka pun langsung terdiam aku benar-benar hebat. Bisa memberhentikan kucing dan tikus yang sedang berkelahi.
Begitulah kehidupan sehari-hari. Namun beberapa hari ini aku merasakan ada yang tak beres. Jack dan Petter jarang bertengkar lagi, kami jarang kumpul-kumpul bersama lagi… haaah…. Ada apa ya ? Petter berkata dia sibuk berkerja, Petter benar-benar berkerja keras. Dan Jack ! aku tidak begitu tahu apa alasan Jack. Setiap kali diajak berkumpul, Jack sering mengalih pembicaraan.terkadang Jack suka mengatakan yang tidak nyambung, seperti
“Aku suka banget sama burger, buku apa yang ingin kau baca, Farid ? bukankah yang dikatakan Jack tidak nyambung, kan ?”
Saat ini aku ingin membaca The DaVinci Code, hanya itu yang ingin kukatakan dan hanya itu buku yang ingin kumiliki sekarang, setelah mendengar jawabanku tersebut, biasanya Jack ambil langkah seribu. Benar-benar aneh para sahbatku akhir-akhir ini.
Sebulan berlalu para sahabatku masih seperti alien bagiku. Hari ini aku akan bertanya apakah yang terjadi pada mereka berdua, apakah aku salah ? aku tidak salah , aku akan menemui mereka sekarang juga,
Dibawah pohon aku tak tahu nama pohon itu yang daunnya berguguran, aku meliahat dua orang yang sudah sangat kukenal, Jack dan Petter. Mereka seperti sedang membungkus sesuatu, aku mendekati mereka. Petter melihatku Jack pun terkejut. Mereka mnyembinyikan bungkusan tersebut. Mereka mnyembinyikan bungkusan tersebut, dan aku mendengar Petter mengetakan “cepat !”.
“Emm… hai ferid !”, Jack membuka pembicaraan
“Hai”,kata ku singkat dengan wajah tanpa ekspresi
“Apa yang kalian sembunyikan selama ini?”, mendengar perkaaan kuPetter dan Jack saling menyikut. Tidak ada respon
“Apa salahku sehingga kalian membenciku ?!” aku mulai merasa kesal
“Kau tak salah sedikitpun” Petter menjawab dengan tenang
“Lalu ?!!” Aku rasa darahku mulai mendidih, wajahku mulai merecah, otot-ototku menegang. Petter kembali bebicara,”hanya saja…..” “
“Happy birthday, bro !!!” Petter dan Jack serentak mengucapkannya. Aku terkejut, sungguh aku melupakan hari ini. Hampir saja aku pingsan karna terkejut. Mereka menyerahkan bungkusan yang tadi mereka sembinyikan. Kejadian tersebut terasa sangat cepat, aku hanya bisa diam memegang bungkusan tersebut, sampai Petter berkata, “Bukalah sahabatku, kami harap kau menyukainya”. Aku membuka bungkusan tersebut. Saat melihat isinya, aku merasa mataku memanas dan keluarlah cairan yang kusebut air mata. Oh tidak! Aku menagis ! Aku menangis ! bagaimana tidak, isi bungkusan tersebut adalah sebuah buku tebal yang selama ini aku idam-idamkan. Covernya berwarna coklat dan halus saat ku sentuh. ‘The DaVinci Code’ yang merupakan hasil karya seorang penulis yang bernama Dan Brown, sekarang ada di tanganku.
Petter dan Jack merangkul dengan erat, terimaksih… kataku.
“No problem my bro…,” kata jack dengan suara cemprengnya yang khas.
“Hanya ini yang bisa kami berikan Farid, selama kami menjauh ini uantuk hari ini. Jangan kau tanyakan tentang bagaimana dan apa yang telah kami lakukan. Senyummu dan tawamu yang kami inginkan”, kata-kata Petter membuatku tersentuh.
“Aku bahagia…bahagia memiliki sahbat-sahabat sperti kalian, aku sungguh berterimakasih pada kalian, My Brother”.
“Haha…tentu saja tak perlu sungkan Ferid”, Jack tertawa.
“Tapi siapa yang memberi tahu kalian untuk memberi buku ini ?”, aku merasa sedikit terkejut mereka mengetahui buku yang ingin kubaca.
“Kau benar-benar melupakanya, Farid. Bukankah aku sering bertanya padamu”, Jack bertanya sambil menahan ketawa.
“Oh…ya! Aku ingat !”, aku menepuk jidatku.
“Apayang tidak kami ketahui tentang dirimu, Farid”, Petter menyikutku.
“Haha… kalian benar benar BFF-ku !”. Aku merangku kedua sahabatku ini.
Aku benar-benar bahagia hari ini. Oopss…! Bulan depan ialah ulang tahun Jack, aku dan Petter harus bersiap-siap. Tapi sekarang, aku harus membaca The DaVinci Code pemberian sahabat-sahabatku.
Posting Komentar