Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Rabu, 10 Juli 2013
PROSES
PEMBUATAN BAJA
DI
PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk.
PROSES
PEMBUATAN BAJA
DI
PT. KRAKATAU STEEL
CILEGON
TUGAS MATA KULIAH PENGETAHUAN BAHAN
NAMA :
M. Panji Wicaksana
NIRM :
21212138
PRODI/SM/KLS :
TEKNIK / II / A2
TAHUN
AJARAN2012 – 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Baja
merupakan logam yang kuat, keras, dan kokoh sehingga digunakan sebagai
penyokong di hampir seluruh bangunan-bangunan bertingkat di dunia.Kelebihan
logam baja ini harusnya mengundang rasa curiousity kita
sebagai insan akademis. Harus muncul pertanyaan-pertanyaan kritis dalam diri
kita, “Mengapa baja bisa sedemikian kuat?”, “Bagaimana cara pengolahan baja
hingga bisa menopang hajat hidup orang banyak?”
Sebagai
negara yang berkembang, Indonesia berusaha memajukan sektor industrinya
untuk dapat bersaing dengan negara lainnya, terutama industri logam seperti
industri baja yang saat ini sangat berkembang pesat.Salah satunya adalah PT.
KRAKATAU STEEL, merupakan industri baja terpadu yang pertama berkembang
dan berkualitas di Indonesia, bahkan merupakan salah satu BUMN dalam pengolahan
baja terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Memasuki
era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berperan besar
untuk memajukan negara agar dapat bersaing terutama di bidang
industri.Perkembangan iptek saat ini ikut mempengaruhi perkembangan industri di
Indonesia. Untuk itu, kita sebagai mahasiswa keguruan yang akan menjadi
pendidik penerus bangsa diharapkan memiliki ilmu yang berdasarkan pengalaman lapangan
sehingga dapat ditransfer kepada siswa secara menyeluruh, bukan hanya bekal
ilmu secara teori, salah satunya adalah melalui kuliah lapangan. Kuliah
lapangan merupakan salah satu mata kuliah di Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, merupakan sarana untuk
menambah wawasan serta menggali ilmu pengetahuan dan teknologi para calon guru
yang berupa observasi lapangan secara langsung.
Oleh
karena itu, PT.KRAKATAU STEEL merupakan tempat yang tepat bagi mahasiswa untuk
menambah wawasan serta menggali ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
industri.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH
PT Krakatau Steel adalah
industri pengolahan besi baja terbesar
di Indonesia.
PT. Krakatau Steel merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang didirikan pada
tanggal 31 Agustus 1970. Visi dari perusahaan ini yaitu “Perusahaan baja terpadu
dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan
menjadi perusahaan terkemuka di dunia” dan memiliki misi “Menyediakan
produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa”.
Secara kronologis, sejarah pendirian
dan perkembangan PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1956
Munculnya gagasan pertama dari
perdana menteri Ir.H.Djuanda bahwa suatu Negara berkembang perlu memiliki
industri baja. Karena Indonesia merupakan negara berkembang, maka dibentuklah
suatu pabrik baja yang terletak di Cilegon yang merupakan salah satu realisasi
dari persetujuan pokok kerja sama dalam bidang ekonomi dan teknik antara
pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet yang ditandatangani pada tanggal 15
September 1956.
2. Tahun 1957
Penelitian awal oleh biro
perancangan negara, bekerja sama dengan konsultan asing.
3. Tahun 1960
Kontrak pembangunan pabrik baja
Cilegon antara Indonesia dengan All Union Export– Impor Corporation (Tzaspromex
Pert) of Moscow, dengan kontrak No.80 tanggal 7 Juni 1960.
4. Tahun 1962
Peletakan batu pertama atau
peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora di Cilegon pada tanggal 20 Mei
1962, menurut ketetapan MPRS No.2/1962 proyek ini harus sudah selesai sebelum
tahun 1968.
5. Tahun 1965
Terhentinya kegiatan pembangunan
proyek besi baja Trikora Cilegon karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.
6. Tahun 1967
Terbentuknya proyek besi baja
Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Instruksi Presiden
Republik Indonesia No.17 tanggal 28 Desember 1967.
7. Tahun 1970
PT. Krakatau Steel resmi didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 tanggal 31 Agustus 1970 dengan maksud
untuk melanjutkan, menyelesaikan dan mengoperasikan proyek besi baja Trikora di
Cilegon–Banten, serta mengembangkan industri baja dalam arti luas.
8. Tahun 1971
Pendirian PT. Krakatau Steel
disahkan dengan penandatanganan Akte Notaris No.35 tanggal 23 Oktober 1971 di
Jakarta dihadapan notaris Tan Thong Kie, dengan naskah No.25 tanggal 19
Desember 1971.
9. Tahun 1973 – 1974
PT. Krakatau Steel dengan bantuan
keuangan dari Pertamina telah memutuskan untuk memperluas kapasitas produksi
agar bisa membuat billet sendiri dan baja lembaran, Slab,
dan Hot Strip Mill.
10. Tahun 1975
Terbentuknya Kepres No.30 tanggal 27
Agustus 1975 tentang pembangunan PT. Krakatau Steel tahap pertama dengan
kapasitas produksi 0,5 juta ton per tahun.
11. Tahun 1977
Peresmian pabrik besi beton, pabrik
besi profil dan pelabuhan khusus Cigading oleh Presiden Soeharto pada tanggal
27 Juli 1977.
12. Tahun 1979
Presiden Soeharto pada tanggal 9
Oktober 1979 meresmikan pabrik besi spons, pabrik billet baja, Wire Rod,
Krakatau Hoogovens Internasional Pipe Ltd, PLTU 400 MW dan pusat penjernihan
air berkapasitas 2000 liter per detik yang berlokasi di Krenceng.
13. Tahun 1983
Untuk melengkapi pabrik yang sudah
ada di PT.Krakatau Steel, Presiden Soeharto meresmikan pabrik slab baja, Hot
Strip Mill dan pabrik besi spon unit 2 pada tanggal 24 Februari 1983.
14. Tahun 1985
PT. Krakatau Steel mulai mengekspor
besi baja ke beberapa negara seperti Jepang, Inggris, Amerika, India, China,
Timur Tengah, Korea dan negara-negara ASEAN.
15. Tahun 1989
Berdasarkan keputusan Presiden RI
No.44 tanggal 28 Agustus 1989, PT. Krakatau Steel bersama 8 perusahaan
strategis lain yaitu: PT. Boma Bima Indra, PT. Dahana, PT. INKA, PT. IPTN, PT.
LEN, PT Barata Indonesia, PT PINDAD, dan PT. PAL masuk dalam lingkungan Badan
Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang diketuai oleh Prof. Dr. B. J. Habibie,
status perusahaan menjadi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS).
16. Tahun 1990
Peletakan batu pertama perluasan PT.
Krakatau Steel pada tanggal 10 November 1990 oleh Menteri Muda Perindustrian
RI, Ir. Tungki Ari wibowo, selaku Direktur Utama PT. Krakatau
Steel.Proyek perluasan ini direncanakan selesai tahun 1993/1994.Diantara proyek
perluasan ini adalah Pabrik Besi Spons DRI, SSP dan HSM. Sasaran program
perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel adalah:
a) Peningkatan
kapasitas produksi dari 1,5 juta ton per tahun menjadi 2,5 juta ton per tahun.
b) Peningkatan
kualitas.
c) Peragaman
jenis baja yang dihasilkan.
d) Efisiensi
produk.
17. Tahun 1993
Peresmian perluasan kedua tahap
pertama PT. Krakatau Steel tanggal 18 Februari 1993 oleh Presiden yang meliputi
:
a) Modernisasi
dan perluasan HSM (1,2 juta – 2 juta ton per tahun).
b) Modernisasi
HSM (peningkatan mutu dan efisiensi produksi).
c) Perluasan
pelabuhan pellet bijih besi (kapasitas pembongkaran dari 3 juta
menjadi 6 juta per tahun).
18. Tahun 1994
PT Krakatau Steel mendapat
Sertifikat ISO 9002, tanggal 17 November 1994.
19. Tahun 1995
Syukuran penyelesaian proyek
perluasan dan modernisasi PT Krakatau Steel oleh Menteri Muda Perindustrian
Republik Indonesia/Komisaris Utama PT Krakatau Steel, Ir. Tunky Ariwibowo, bertepatan
HUT ke-25 PT KS tanggal 31 Agustus 1995.
a) Production Control System II – PPC.
b) Pabrik
Besi Spons – Hyl III.
c) Pabrik
Slab Baja 2.
d) Sizing Press HSM.
e) Gardu
Hubung III & Instalasi Kompensasi PLTU 400 MW.
20. Tahun 1996
PT Krakatau Steel memisahkan
unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi anak-anak perusahaan:
a) PLTU
400 MW menjadi PT Krakatau Daya Listrik.
b) Penjernihan
Air Krenceng menjadi PT Krakatau Tirta Industri.
c) Pelabuhan
Khusus Cigading menjadi PT Krakatau Bandar Samudera.
d) Rumah
Sakit Krakatau Steel menjadi PT Krakatau Medika.
21. Tahun 1997
PT. Krakatau Steel mendapat
Sertifikat ISO 14001 pada bulan April 1997.
22. Tahun 1998
PT. Krakatau Steel menjadi anak
perusahaan PT. Pakarya Industri (Persero) pada tanggal 10 Agustus 1998
berdasarkan PP No. 35/1998.
23. Tahun 1999
PT. Pakarya Industri (Persero)
berubah nama menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS) total asset
Rp 16 triliun.
24. Tahun 2001
Neuro Furnace Controller (NFC), yang merupakan sistem pengendali elektroda terpadu
berbasis jaringan saraf tiruan, mulai diterapkan pada operasi rutin Electric
Arc Furnace (EAF) pabrik SSP 2 PT. Krakatau Steel. NFC adalah hasil
karya inovasi tenaga-tenaga PT. Krakatau Steel dengan LSDE-BPPT, dan
telah dipatenkan dengan nomor P990187 serta meraih ASEAN Engineering
Awards (24 Oktober 2001).
25. Tahun 2002
Pemerintah melalui Forum RUPS Luar
Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah membubarkan PT BPIS.Pengalihan asset
BUMNIS ke Pemerintah (Kantor Menneg BUMN sebagai pemegang kuasa Menteri
Keuangan).Setiap perusahaan maupun instansi-instansi pastinya memiliki visi dan
misi yang ingin dicapai pada masa mendatang.
PT. Krakatau Steel sampai saat ini
memiliki 6 pabrik yang dibangun dalam jangka waktu yang berbeda-beda, selain
itu juga PT. Krakatau Steel memiliki 10 anak perusahaan yang tersebar di
kawasan industri Cilegon, antara lain: (1) PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL),
(2) PT. Krakatau Bandar Samudera (PT. KBS), (3) PT. Krakatau Tirta Industri (PT.
KTI), (4) PT. Krakatau Engineering Corporation (PT. KEC), (5) PT. Krakatau
Wajatama (PT. KWT), (6) PT. Krakatau Information Teknologi (PT. KIT), (7) PT.
Plat Timah Nusantara (PT. Latinusa), (8)PT. Krakatau Steel Industri Estate
Cilegon (PT. KIEC), (9) PT. Krakatau Medika.
PT. Krakatau Steel selalu berusaha
untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi karyawan-karyawannya, masyarakat
maupun terhadap lingkungan disekitar kawasan industri PT. Krakatau Steel,
melalui penerapan sistem tersebut maka PT. Krakatau Steel berupaya untuk
meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari keberadaan perusahaan
tersebut, misalnya dengan mencegah pencemaran, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Pada 10 November 2010, di tengah
kondisi pasar yang masih bergejolak, PT KTRAKATAU STEEL (Persero) berhasil
menjadi perusahaan terbuka dengan melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) dan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk, membukukan pendapatan bersih sebesar Rp. 17,9 triliun dan
laba bersih Rp. 1,02 triliun. Pada tahun 2011, Perseroan dan anak perusahaan
dengan aset senilai Rp. 21,5 triliun memiliki 8.023 orang karyawan.
B. NILAI PERUSAHAAN
(CIRI PERUSAHAAN)
1.
Competence
Mencerminkan kepercayaan akan
kemampuan diri serta semangat untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,
keahlian, dan sikap mental demi peningkatan kinerja yang berkesinambungan
2.
Integrity
Mencerminkan komitmen yang tinggi
terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan serta undang-undang
yang berlaku, melalui loyalitas profesi dalam memperjuangkan kepentingan
perusahaan
3.
Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan
tanggap dalam merespon komitmen dan janji, dengan mensinergikan berbagai kemampuan
untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan
4.
Innovative
Mencerminkan kemauan dan kemampuan
untuk menciptakan gagasan baru dan implementasi yang lebih baik
dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja diatas standar.
C. FASILITAS
PRODUKSI YANG DIMILIKI PT. KRAKATAU STEEL
Pabrik-Pabrik yang
dimiliki PT. Krakatau Steel yaitu :
1.
Pabrik
Besi Spons (Direct Reduction Plant)
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction
Plant) menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung
menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe)
dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and Fe3O4), dengan
menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
DR Plant memiliki 2 (dua) buah unit
produksi dan menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun. Unit produksi yang
pertama yaitu Hyl I mulai beroperasi tahun 1979.Unit ini beroperasi dengan
menggunakan 4 modul batch process dimana setiap modulnya mempunyai 2 (dua) buah
reaktor.Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton besi spons
per tahun.
Unit produksi yang kedua yaitu Hyl
III memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan 2-shafts continuous
process.Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1.300.000 ton besi spons
per tahun.
Besi spons yang dihasilkan oleh
pabrik ini memiliki keunggulan dibanding sumber lain terutama disebabkan karena
rendahnya kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon
menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih efisien
dan proses pembuatan baja menjadi lebih akurat. Lebih lanjut hal tersebut
menjamin konsistensi kualitas produk baja yang dihasilkan.
2.
Pabrik
Slab Baja (Slab Steel Plant)
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant)
terdiri dari 2 (dua) buah pabrik.Yang pertama adalah SSP-1 yang menerapkan
teknologi MAN GHH dari Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000
ton per tahun, sedangkan yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi dengan
teknologi Voest Alpine dari Austria dan memiliki kapasitas produksi sebesar 800.000
ton per tahun.
Fasilitas produksi yang dimiliki oleh kedua pabrik tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Electric
Arc Furnace
Electric Arc Furnace menghasilkan
baja cair dari bahan baku berupa besi spons (sponge iron), iron scrap dan kapur
(lime) untuk mengontrol kandungan fosfor dan sulfur.
b. Ladle
Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle
furnace adalah:
1) menurunkan
kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan aluminium;
2) homogenisasi
temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling Argon; dan
3) menambahkan
alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang diinginkan.
c. RH-Vacuum Degassing
RH-degasser diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk baja high-grade dari konsumen.
d. Continuous Casting Machine
Baja slab diperoleh dari proses
pencetakan kontinyu (continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas
argon diperlukan antara ladle dan tundish. Ukuran slab yang dihasilkan
mempunyai ketebalan 200mm, lebar 800-2080mm dan panjang maksimum 12000mm.
3.
Pabrik
Billet Baja (Billet Steel Plant)
Pabrik Billet Baja (Billet Steel
Plant) mulai beroperasi pada tahun 1979.Pabrik ini menerapkan teknologi MAN GHH
dari Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 500.000 ton per tahun.
Fasilitas produksi yang dimiliki
pabrik ini adalah:
a. Electric
Arc Furnace
Electric Arc Furnace menghasilkan
baja cair dari bahan baku berupa besi spons (sponge iron), iron scrap dan kapur
(lime) untuk mengontrol kandungan fosfor dan sulfur.
b. Ladle
Furnace
Aktivitas utama di dalam Ladle
Furnace adalah:
1) menurunkan
kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan aluminium;
2) homogenisasi
temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling Argon;
3) menambahkan
alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang diinginkan.
c. Continuous
Casting Machine
Baja billet diperoleh dari proses
pencetakan kontinyu (continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas
argon diperlukan antara ladle dan tundish. Ukuran billet yang dihasilkan adalah
110x110mm 120x120mm; 130x130mm dan panjang maksimum mencapai 12000mm.
4.
Pabrik Baja
Lembaran Panas (Hot Strip Mill)
Pabrik Baja Lembaran Panas mulai
beroperasi pada tahun 1983 menggunakan teknologi SMS dari Jerman. Konfigurasi
fasilitas produksi pada pabrik ini terdiri dari:
a. Reheating
Furnace
b. Sizing
Press
c. Roughing
Mill
d. Finishing
Mill
e. Laminar
Cooling
f. Down
Coiler
g. Shearing
Line
h. Hot
Skin Pass Mill
5.
Pabrik
Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill)
Pabrik Baja Lembaran Dingin
bergabung menjadi unit produksi PT Krakatau Steel pada tahun 1991 dan
dilengkapi dengan teknologi CLECIM dari Perancis. Pabrik Baja Lembaran Dingin
terdiri dari unit-unit produksi (Line) sebagai berikut:
a. Continuous
Pickling Line
b. Tandem
Cold Mill
c. Electrolytic
Cleaning Line
d. Batch
Annealing Furnace
e. Continuous
Annealing Line
f. Temper
Mill
g. Finishing
Line
6.
Pabrik Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill)
Pabrik Baja Batang Kawat mulai
beroperasi pada tahun 1979 dengan menggunakan teknologi 2 Lines Stelmor World
Chaster dan teknologi No Twist Danielly. Pada tahun 1992 dan 1995 telah
dilakukan modernisasi pabrik dan pada tahun 1999 mulai dikerjakan proyek
penambahan strand menjadi 2 strand produksi serta penggantian/modifikasi
fasilitas produksi. Saat ini fasilitas produksi yang dimiliki oleh pabrik
Batang Kawat adalah:
a. Reheating
Furnace
b. Pre-roughing
Mill
c. Roughing
Mill
d. Finishing
Mill
e. Cooling
Zone
f. Down
Coiler
Kapasitas
Terpasang Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) memiliki kapasitas
produksi sebesar 2.300.000 ton besi spons per tahun:
- HYL I : 1.000.000 ton
- HYL III : 1.300.000 ton
Pabrik
Slab Baja (Slab Steel Plant) memiliki kapasitas produksi sebesar 1.800.000 ton
per tahun:
- SSP I : 1.000.000 ton
- SSP II : 800.000 ton
Pabrik
Billet Baja (Billet Steel Plant) memiliki kapasitas produksi sebesar 675.000
ton per tahun.Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill) memiliki kapasitas
produksi sebesar 2.000.000 ton per tahun.Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold
Rolling Mill) memiliki kapasitas produksi sebesar 650.000 ton per tahun.Pabrik
Batang Kawat (Wire Rod Mill) memiliki kapasitas produksi sebesar 450.000 ton
per tahun. Kapasitas Terpakai
D. PERUSAHAAN
PENDUKUNG PRODUKSI PT. KRAKATAU STEEL
Di
kawasan industri PT Krakatau Steel, terdapat beberapa anak perusahaan PT.
Krakatau Steelguna menunjang kegiatan produsi besi dimulai dari pengolahan
bijih besi, hingga sampai ke produk yang siap dipasarkan. Terdapat sepuluh anak
perusahaan yang dimiliki oleh PT. Krakatau Steel, yaitu :
No.
|
Nama
Perusahaan
|
Profil
|
1
|
PT KHI Pipe Industry
|
Berdiri pada tahun 1972, merupakan
satu-satunya industri pipa spiral di Indonesia yang memiliki standar yang
diakui Internasional dengan kapasitas produksi 155 ribu ton per tahun.
|
2
|
PT Pelat Timah Nusantara
|
Berdiri pada tahun 1983, merupakan
satu-satunya produsen baja lapis timah di Indonesia dengan kapasitas produksi
150 ribu ton per tahun.
|
3
|
PT Krakatau Wajatama
|
Berdiri pada tahun 1992, merupakan
produsen besi beton, besi profil, dan kawat baja dengan kapasitas produksi
masing-masing 150 ribu, 150 ribu, dan 20 ribu ton per tahun.
|
4
|
PT Krakatau Engineering
|
Berdiri pada tahun 1988, bergerak
di bidang jasa engineering dengan total asset pada tahun 2003 senilai Rp 71,5
Milyar.
|
5
|
PT Krakatau Industrial Estate
|
Berdiri pada tahun 1992, bergerak
di bidang property industri dan komersial dengan total aset pada tahun 2003
senilai Rp 267,6 Milyar.
|
6
|
PT Krakatau Information Technology
|
Berdiri pada tahun 1993,
menyediakan jasa konsultasi, perencanaan, instalasi, pengembangan,
implementasi dan penyedia jasa pendukung termasuk komunikasi dan procurement
perangkat lunak sistem informasi dengan total asset pada tahun 2003 senilai
Rp 31,4 Milyar.
|
7
|
PT Krakatau Daya Listrik
|
Berdiri pada tahun 1996, merupakan
perusahaan pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas produksi 400 MW per
tahun.
|
8
|
PT Krakatau Tirta Industri
|
Berdiri pada tahun 1996, bergerak
dibidang pengolahan dan distribusi air bersih bagi industri maupun perumahan
dengan kapasitas produksi sebesar 33 Juta M3.
|
9
|
PT Krakatau Bandar Samudra
|
Berdiri pada tahun 1996, merupakan
operator dan penyedia jasa pelabuhan dengan dengan total aset pada tahun 2003
senilai Rp 118 Milyar.
|
10
|
PT Krakatau Medika
|
Berdiri pada tahun 1996, merupakan
pemberi jasa pelayanan kesehatan dan operator rumah sakit dengan total aset
pada tahun 2003 senilai Rp 48 Milyar
|
Selain
itu, PT Krakatau Steel juga memiliki enam perusahaan joint venture,
diantaranya :
1. PT Cipta
Marga Nusaphala Persada
PT Krakatau Steel menguasai 6% dari
jumlah saham perusahaan yang memusatkan operasi pengelolaan jalan toll-nya ke
dalam 4 area, yaitu konstruksi proyek, manajemen proyek, operasi jalan toll,
dan investasi dalam bidang yang terkait dengan total asset pada tahun 2003
sebesar Rp 1,19 Trilyun dengan nilai penjualan sebesar Rp 354,5 Milyar.
2. PT Marga
Mandala Sakti
PT Krakatau Steel menguasai 1,29%
dari jumlah saham perusahaan yang merupakan operator jalan tol Tangerang Merak
dengan total aktiva pada tahun 2003 sebesar Rp 791,4 Milyar dan memiliki
pendapatan bersih sebesar Rp 121,6 Milyar.
3. PT.
METBELOSA
PT Krakatau Steel menguasai 15% dari
jumlah saham perusahaan yang bergerak dalam bidang industri produksi KWH meter
dengan total aktiva pada tahun 2003 sebesar Rp 40,99 Milyar dan pendapatan
sebesar Rp 56 Milyar.
4. PT.
INDAREF
PT Krakatau Steel menguasai 10% dari
jumlah saham perusahaan yang bergerak di bidang industri refractory dengan
total aktiva pada tahun 2003 sebesar Rp 7,45 Milyar dan penjualan bersih
sebesar Rp 8,89 Milyar.
5. PT
Seamless Pipe Indonesia Jaya
PT Krakatau Steel menguasai 4,73%
dari jumlah saham perusahaan yang bergerak dalam industri pipa tanpa kampuh
dengan total aktiva pada tahun 2003 sebesar USD 326,48 Juta dan penjualan bersih
sebesar USD 46,79 Juta.
6. PT.
Kerismas Witikco Makmur
PT Krakatau Steel menguasai 30% dari
jumlah saham perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi baja lapis seng
polos, baja lapis seng warna, dan drum baja dengan kapasitas produksi berturut-turut
98.820 ton, 48.000 ton, dan 1.500.000 unit per tahun.
E. VISI,
MISI DAN FALSAFAH PT. KRAKATAU STEEL
1. Visi
Perusahaan (corporate vision)
Perusahaan baja terpadu dengan
keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan
menjadi perusahaan terkemuka di dunia.
(An integrated steel company with
competitive edges to grow continuously toward a leading global enterprise)
2. Misi
Perusahaan (corporate mission)
Menyediakan produk baja bermutu dan
jasa terkait bagi kemakmuran bangsa.
(Providing the best-quality steel products and related
services for the prosperity of the nation).
3. Falsafah
Perusahaan
“Partnership
for Sustainable Growth”
Bab II
TEORI BAJA
Teori Singkat
Baja
Pada permesinan, baja merupakan
logam yang paling banyak digunakan dalam bentuk plat, lembaran, pipa, batang
dan sebagainya.Baja pada umumnya terdiri dari korman-Karbon dan unsure
lainnya.Baja dapat dibentuk melalui pengecoran dan penempaan. Kekerasan dan
keuletan baja secara garis besar dikelompokkan sebagai berikut :
1. Baja Karbon, terdiri dari :
Baja
Karbon rendah (0.08-0.35 % C), digunakan untuk kawat, baja profik, skrup, ulir
baut.
Baja
Karbon sedang (0.35-0.55 % C), digunakan untuk rel kereta api, as roda gigi dan
lain-lain.
Baja
Karbon tinggi (0.55-1.77 % C), digunakan untuk perkakas potong, gergaji, pisau
dan bagian yang tahan gesekan.
2. Baja Paduan, terdiri dari :
Baja
paduan rendah (unsure paduan khusus 8 %).Elemen-elemen pemandu kurang dari 4 %
seperti Ci, Ni, dan Ma.
Baja
paduan tinggi (unsure paduan khusus 8 %). Elemen-elemen pemandu lebih dari 4 %
3. Baja Spesial, terdiri dari :
Stainless Steel
Baja Perkakas
Berdasarkan
komposisi kimianya logam dan paduan dapat dibagi menjadi 2 grup, yaitu :
Logam besi (unsure utama Fe)
Logam non besi (kadar Fe berkurang
atau sama sekali tanpa F) – R
Proses Pembuatan Baja dan Paduannya
Baja dapat didefinisikan suatu campuran
dari besi dan karbon, dimana unsur karbon menjadi dasar campurannya.Disamping
itu, mengandung unsur dasar campuran lainnya seperti sulfur, pospor, silicon
dan mangan yang jumlahnya dibatasi. Kandungan karbon dalam baja sekitar 0,1 –
1,7% sedangkan unsur lainnya dibatasi.
Unsur campuran dasar (karbon) merupakan
paduan yang paling banyak dalam baja. Bila kadar karbon naik, maka sifat
mekanik kekerasan akan naik, tapi elastisitasnya, mampu tempa, mampu las dan
mampu potongannya akan turun.
Unsur campuran lainnya itu adalah :
a. Sulfur
(S) : memberikan sifat buruk waktu kena panas tinggi dan membuat baja jadi
getas. Baja mutu baik boleh mengandung S maks. 0,025%
b. Pospor
(P) : memberikan sifat buruk dan pengotor pada baja, oleh karena itu baja
bermutu tinggi maks mengandung P 0,03 – 0,5%
c. Silicon
(Si) : akan selalu ada dalam baja, yang dimaksud baja silicon harus mengandung
Si min 0,4%. Silicon akan menaikkan kekuatan baja tapi akan menaikkan kuat
tarik dan batas mulur. Bila Si ±1%, maka baja tadi tahan terhadap korosi dan
bahan kimia hanya tidak bisa ditempa.
d. Mangan
(Mn) : akan memperbaiki kekuatan dan kekerasan dari baja dan hanya sedikit
pengaruhnya pada elastisitas. Mempengaruhi sifat mampu tempa dan mampu las.
Dengan karbon akan sangat menaikkan kekuatan tahan gesek dan kekerasan. Tiap Mn
1% akan naik kekuatan tarik 10 kg/mm2. Tetapi tidak boleh lebih dari 3% karena
akan turun.
Proses
Produksi Baja
a. Electric Arc Furnace
Electric Arc Furnace menghasilkan
baja cair dari bahan baku berupa besi spons (sponge iron), iron scrap dan kapur
(lime) untuk mengontrol kandungan fosfor dan sulfur
b. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle
furnace adalah:
1) menurunkan
kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan aluminium;
2) homogenisasi
temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling Argon; dan
3) menambahkan
alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang diinginkan.
c. RH-Vacuum Degassing.
RH-degasser diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk baja high-grade dari konsumen.
d. Continuous Casting Machine
Baja slab diperoleh dari proses
pencetakan kontinyu (continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas
argon diperlukan antara ladle dan tundish. Ukuran slab yang dihasilkan
mempunyai ketebalan 200mm, lebar 800-2080mm dan panjang maksimum 12000mm.
Proses produksi baja di PT
Krakatau Steel dimulai pada pabrik pembuatan besi yang menggunakan proses reduksi
langsung biji besi dengan das alam. Hasil produksi yang berupa besi spons ini
selanjutnya dilebur bersama dengan besi bekas (scrap) pada proses pembuatan
yaitu pabrik baja dan pabrik baja billet.
Biji yang dihasilkan kemudian
diproses lebih lanjut pada Electric Arc Furnace (EAF) di pabrik Slab Baja dan
Pabrik Billet Baja. Didalam EAF besi dicampur dengan scrap, hot bricket iron
dan material tambahan lainnya yang dilanjutkan dengan proses pengecoran kontinu
menjadi baja slab dan baja billet
BAB III
A.
PABRIK BESI SPONS
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction
Plant) menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung
menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe)
dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and
Fe3O4), dengan menggunakan gas alam (CH4) dan
air (H2O).
Pabrik spons mereduksi langsung
bahan baku biji besi (pellet) menjadi besi spons(sponge
iron) yang nantinya akan menjadi bahan baku bagi pabrik lainnya, yaitu slab
steeldan billet plant.
Direct Reduction Iron (DRI) atau
besi spons adalah material hasil olahan dari pellet (bijih besi) yang direduksi
dengan H2 dan CO. Komposisi besi spons yang dihasilkan oleh PT
Krakatau Steel adalah sebagai berikut :
No
|
Komposisi
|
Jumlah
|
1
|
Fe toal
|
88-91
|
2
|
Fe metallic
|
76-82
|
3
|
Metaisasi
|
86-92
|
4
|
Karbon total
|
1,8-2,5
|
5
|
FeO
|
6-15
|
6
|
SiO2
|
1,25-2,5
|
7
|
Al2O3
|
0,6-1,3
|
8
|
CaO
|
1,5-2,8
|
9
|
MgO
|
0,31-1,25
|
10
|
Fosfor
|
0,014-0,41
|
Kelebihan besi sponge antara lain :
a.
Komposisi homogen dan dapat
diketahui secara pasti
b.
Mudah membentuk leburan dengan scrap
c.
Kandungan fosfor dan sulfur kecil
d.
Mudah diangkut dan murah
1. Bahan baku
Biji pelet (Fe2O3 and
Fe3O4), dengan menggunakan gas alam (CH4) dan
air (H2O).
2. Alat
Tanur, bahan bakar yang
digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang telah dikeringkan
(kokas). Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi
sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungis sebagai pembentuk gas CO yang berfungsi
sebagai reduktor.
3. Proses Pengolahan
Pabrik spons mereduksi langsung
bahan baku biji besi (pellet) menjadi besi spons(sponge
iron) yang nantinya akan menjadi bahan baku bagi pabrik lainnya,
yaitu slab steeldan billet plant. Pabrik besi spons
memiliki 2 (dua) buah unit produksi dan menghasilkan 2,3 juta ton besi spons
per tahun. unit produksi yang pertama yaitu Hyl I mulai beroperasi tahun 1979.
Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton besi spons per tahun.
Unit produksi yang kedua yaitu Hyl III memulai operasi pada tahun 1994 dengan
kapasitas produksi sebesar 1,3 juta ton besi spons per tahun. Pabrik besi spons
terdiri dari 4 buahmodule.Setiap module terdiri dari 4
buah reaktor dengan kapasitas tiap reaktor 300 ton sekali pengisian.
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction
Plant) menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung
menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe)
dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and Fe3O4), dengan
menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
DR Plant memiliki 2 (dua) buah unit
produksi dan menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun. Unit produksi yang
pertama yaitu Hyl I mulai beroperasi tahun 1979.Unit ini beroperasi dengan
menggunakan 4 modul batch process dimana setiap modulnya mempunyai 2 (dua) buah
reaktor.Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton besi spons
per tahun.
Unit produksi yang kedua yaitu Hyl
III memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan 2-shafts continuous
process.Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1.300.000 ton besi spons
per tahun.
Besi spons yang dihasilkan oleh
pabrik ini memiliki keunggulan dibanding sumber lain terutama disebabkan karena
rendahnya kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon
menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih efisien
dan proses pembuatan baja menjadi lebih akurat. Lebih lanjut hal tersebut
menjamin konsistensi kualitas produk baja yang dihasilkan.
4. Reaksi kimia
Tujuan proses reduksi adalah untuk
menghilangkan ikatan oksigen dari biji besi. Proses reduksi ini memerlukan gas
reduktor seperti hidrogen atau gas karbon monoksida (CO). Proses reduksi ini
ada 2 macam yaitu proses reduksi langsung dan proses reduksi tidak langsung.
a) Proses
Reduksi Langsung
Proses ini biasanya digunakan untuk
merubah pellet menjadi besi spons (sponge iron) atau sering disebut: besi hasil
reduksi langsung (direct reduced iron). Gas reduktor yang dipakai biasanya
berupa gas hidrogen atau gas CO yang dapat dihasilkan melalui pemanasan gas
alam cair (LNG) dengan uap air didalam suatu reactor yaitu melalui reaksi kimia
berikut :
Dengan menggunakan gas CO atau
hidrogen dari persamaan diatas maka proses reduksi terhadap pellet biji besi
dapat dicapai melalui reaksi kimia berikut ini :Atau
b) Proses
Reduksi Tidak Langsung
Proses ini dilakukan dengan
menggunakan tungku pelebur yang disebut juga tanur tinggi (blast furnace). Biji
besi hasil penambangan dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam
tanur tinggi dilakukan proses reduksi tidak langsung .Bahan bakar yang
digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang telah dikeringkan
(kokas). Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi
sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk gas CO yang
berfungsi sebagai reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran maka ke dalam
tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower sehingga terjadi
proses oksidasi sebagai berikut :
2C + O2 → 2CO +
Panas
B.
PABRIK BILET BAJA
Pabrik baja billet menghasilkan
baja batangan dengan bahan baku utama adalah:
1. Bahan
Besi spons, besi tua (scrab), paduan
ferro (alloy ferro)
2. Alat
Baja dapur listrik.
3. Proses Pengolahan
Besi spons dan besi tua (scrab), paduan ferro (alloy ferro)
bersama-sama dilebur dan diolah didalam Baja dapur listrik untuk dicairkan dan
diproses seperti pada pembuatan baja slab.Setelah menjadi cairan, kemudian baca
dituang didalam cetakan. Billet di PT krakatau steel mempunyai 4 buah dapur
listrik untuk proses pembuatan baja billet masing-masing berkapasitas 65 ton
baja cair tiap peleburan, serta 2 buah mesin tuang kontinu dengan 4 buah train.
Pabrik ini menggunakan sumber radio aktif untuk mengukur level baja cair.
Ukuran dapur lebih kecil daripada dapur untuk baja slab. Penampung pada pabrik
ini ada 3 macam:
· ukuran
110 m x 110 m, 120m x 120 m
· ukuran
130m x 130m
· ukuran
6m, 9m, 12m
Fasilitas produksi yang dimiliki
pabrik ini adalah:
a. Electric Arc Furnace
Electric Arc Furnace menghasilkan baja cair dari bahan baku
berupa besi spons (sponge iron), iron scrap dan kapur (lime) untuk mengontrol
kandungan fosfor dan sulfur.
b. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam Ladle
Furnace adalah:
1) menurunkan
kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan aluminium;
2) homogenisasi
temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling Argon;
3) menambahkan
alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang diinginkan.
c. Continuous Casting Machine
Baja billet diperoleh dari proses
pencetakan kontinyu (continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas
argon diperlukan antara ladle dan tundish. Ukuran billet yang dihasilkan adalah
110x110mm 120x120mm; 130x130mm dan panjang maksimum mencapai 12000mm.
C.
PABRIK SLAB BAJA KRAKATAU STEEL
1.
Bahan
Pada proses peleburan baja, tidak
terlepas dari bahan baku, baik bahan baku utama maupun bahan baku buatan
(additive)
a) Bahan
baku utama:
1)Scrap (besi tua), diperoleh
dari tiga sumber:
· Home
scrap, besi bekas hasil sisa produksi PT. Krakatau Steel
· Import
scrap, besi bekas yang di import dari luar negeri
· Lokal
scrap, besi beksas dari luar pabrik namun masih dalam wilayah Indonesia
2) Direct Reduction Iron (DRI) atau besi
sponge adalah material hasil olahan
dari pellet (bijih besi yang
direduksi oleh H2 dan CO)
3)Lime stone (batu kapur) CaCO3
4) Grafit
b) Bahan
tambahan
Merupakan material yang ditambahkan
dengan maksud untuk mengikat pengotor yang kemudian membentuk suatu sistem
oksida yang akan keluar dalam bentuk terak (slag). Bahan tambahan yang dimaksud
diantaranya yaitu:
a.Ferro alloy, campuran unsur-unsur
yang akan mempengaruhi sifat, dimana penggunaanya harus dibatasi, yaitu: Si,
Mg, Va, Al, Ni, Mo, Cu, Ca, Ti,.
b.Fluks, digunakan untuk membuat
baja lebih bersih. Senyawa fluks antara lain:
· CaCl dan CaCO digunakan untuk membentuk slag yang mengikat
sgala kotoran, abu sisa pembakaran serta menahan busur listrik yang berada di
dapur agar tidak merusak batu tahan api (refractory)
· CaF2 digunakan
untuk mengencerkan slag
· CaSi digunakan untuk deosidizer.
c.Non ferro alloy, Bahan
campuran yang tidak mengandung besi dan karbon, sebagai unsur dasarnya adalah
grafit.
2.
Alat
Peralatan utama yang digunakan dalam
pabrik slab baja:
a. Furnance shell (badan dapur), dapur yang digunakan untuk
melebur baja adala EAF (Electrik Arc Funance), dengan diameter dapur 6700 mm
dan kapasitas 130 ton baja cair. Dapur busur listrik ini dilengkapi dengan batu
tahan api (refractory).
Spesifikasi EAF:
b. Dedusting system, dipasang dengan tujuan untuk
memproses debu yang diakibatkan oleh
proses peleburan. Alat tersebut berguna untuk menangkap debu agar
mengurangi polusi yang diakibatkan pada saat proses baja di dapur
busur listrik. Polusi debudari proses dapur listrik ini dikategorikan Debu yang
mengandung B3,sehingga harus diminimalisasi pencemarannya.
c. Continous feeding, untuk mengisi bahan baku seperti spons
besi dan batu kapur. Dilakukan setelah dapur dengan bahan baku 40% dari total
bahan yang harus dilebur. Sehingga dengan demikian continous feeding dilakukan
pada saat kondisi furnance bekerja pada saat potensi maksimum.
d. Mould, alat yang berada pada continous casting machine,
berguna untuk pencetakan slab baja. Disamping itu dilakukan pengukuran panjang
dan lebar baja sesuia permintaan konsumen.
e. Electric system transformer, merupakan sistem elektrik yang memegang peranan penting dalam
proses peleburan baja. Transformer yangdigunakan untuk mensuplai daya ke dapur
listrik. Pada sekundernya dilengkapi dengan tap-tap pengatur
tegangan, dengantujuan untuk menghasilkan
panas pada elektrode sesuai denganyang diinginkan. Dengan demikian
kestabilan panas pada baja cair dapat dijaga sehingga mempercepat proses
peleburan dan menjaga dinding dapur agar tidk cepat gugur akibat radiasi panas
yang berlebihan.
f. Hidraulic system, sistem ini sangat dominan. Digunakan untuk
menggerakan peralatan mekanik, seperti : Roof (tutup dapur), mengatur posisi tungku (furnace), dan menggerakkan peralatan- peralatan dengan piston
silinder.
g. Electroda karbon, terbuat dari grafit yang dapat
menghasilkan arus listrik dan dikonversikan menjadi energi panas yang tinggi.
h. Sistem pendingin, sistem ini menggunakan sistem air yang
didinginkan, sehingga temperaturnya tidak boleh lebih dari 50oC,
makan EAF akan aman dari temperatur berlebihan.
3.
Proses Pengolahan
Proses produksi pabrik baja slab
dapat dilihat pada gambar berikut:
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant)
terdiri dari 2 (dua) buah pabrik, yang pertama adalah SSP-1 yang menerapkan
teknologi MAN GHH dari Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000
ton per tahun, sedangkan yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi dengan
teknologi Voest Alpine dari Austria dan memiliki kapasitas produksi sebesar
800.000 ton per tahun. Fasilitas produksi yang dimiliki oleh kedua pabrik
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Electric
Arc Furnace
Electric Arc Furnace menghasilkan baja
cair dari bahan baku berupa besi spons (sponge iron), iron scrap dan kapur
(lime) untuk mengontrol kandungan fosfor dan sulfur
b.
Ladle
Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle
furnace adalah:
1) menurunkan kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan
aluminium;
2) homogenisasi temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling
Argon; dan
3) menambahkan alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang
diinginkan.
c.
RH-Vacuum
Degassing.
RH-degasser diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk baja high-grade dari konsumen.
d.
Continuous
Casting Machine
Baja slab diperoleh dari proses pencetakan kontinyu
(continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas argon diperlukan
antara ladle dan tundish. Ukuran slab yang dihasilkan mempunyai ketebalan
200mm, lebar 800-2080mm dan panjang maksimum 12000mm.
4.
Reaksi
Kimia yang terjadi
Reaksi kimia terjadi pada proses
refining, yaitu proses yang dilakukan untuk mengikat atau menghilangkan
unsur-unsur pengotor yang tidak diinginkan, dan mencapai kadar karbon sesuia
target. Pada proses refining kadar karbon diturunkan dengan melakukan injeksi
oksigen. Oksigen inilah yang akan mengikat karbon. Bertujuan untuk
mempersingkat effective melting time dan meningkatkan hasil dapur sehingga
kinerja peleburan lebih baik.Selain itu injeksi oksigen juga berfungsi untuk
mengikat posfor sehingga dihasilkan baja dengan kandungan forfor antara
0,015%-0,025%. Proses pengikatan ini dilakukan dengan membuat suasana basa
dengan penambahan kapur. Reaksi yang terjadi adalah:
P + O2 → P2O5
FeS + CaO → CaS + FeO
5.
Pengolahan
Limbah
Pada Pabrik Slab baja hasikan limbah
yaitu debu yang akan mengakibatkan pencemaran udara. Dedusting
system, dipasang dengan tujuan untuk memproses debu yang diakibatkan oleh proses peleburan. Alat tersebut
berguna untuk menangkap debu agar mengurangi polusi yang diakibatkan pada
saat proses baja di dapur busur listrik. Polusi debudari proses
dapur listrik ini dikategorikan Debu yang mengandung B3,sehingga
harus diminimalisasi pencemarannya. Berikut ini merupakan gambar dedusting
system:
6.
Hasil
Olahan
Pabrik baja Slab PT. Krakatau Steel menghasilkan baja
slab dengan ukuran:
a.
Tebal : 150-200 mm.
b.
Lebar : 950-2.080 mm.
c.
Panjang :
·
Length
group I : 4.500-6.000 mm.
·
Length
group II : 6.700-8.600 mm.
·
Length
group III : 8.600-10.500 mm.
·
Length
group IV : 10.500-12.000 mm.
d. Berat Maksimum : 30 ton.
Pabrik baja slab mempunyai kapasitas
produksi sebesar 1 juta ton per tahun, dimana bahan baku utamanya adalah sponge
iron. Selain itu pula pabrik SSP II dengan kapasitas 1,8 juta ton per
tahun.
D.
PABRIK HOT
STRIP MILL
Hot Strip Mill (HSM) merupakan salah satu divisi di PT. Krakatau
Steel dimana produk utamanya berupa HRC (Hot Rolled Coil). Pabrik ini
memproduksi baja lembaran dengan cara pengerolan panas dengan bahan baku slab
baja dari Slab Steel Plant.Produk dari divisi HSM ini banyak digunakan pada
kerangka kapal laut dan pesawat terbang.
1.
Bahan
Baja slab hasil produksi divisi SSP
untuk kemudian dilakukan proses pengerolan panas (milling)
2.
Alat
Dua furnace yang berfungi untuk
memanaskan slab, Sizing press, roughing mill, Enam finishing stand, dua buah
coiler, sumber radio aktif untuk mengukur ketebalan dan profil strip untuk
mengatur slab dan furnace.
3.
Proses
Pengolahan
Pabrik ini memproduksi baja lembaran
dengan cara pengerolan panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahan dan bahan
baku yang digunakan adalah slab baja dari Slab Steel Plant. Pabrik ini mulai
beroperasi pada tahun 1983 dengan menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran sebagai
berikut :
ü Tebal : 18 - 25 mm.
ü Lebar : 650 - 2080 mm.
ü Berat maksimal : 30 ton per gulung.
Kapasitas produksi adalah 1 juta ton
per tahun. Pengontrolan ketebalan dan ukuranukuran lainnya dengan menggunakan
sensor radioaktif yang dilengkapi dengan sistem proses dalam rangka optimasi
produk. Berikut adalah Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM).
Pabrik Baja Lembaran Panas mulai
beroperasi pada tahun 1983 menggunakan teknologi SMS dari Jerman. Konfigurasi
fasilitas produksi pada pabrik ini terdiri dari:
ü Reheating Furnace
ü Sizing Press
ü Roughing Mill
ü Finishing Mill
ü Laminar Cooling
ü Down Coiler
ü Shearing Line
ü Hot Skin Pass Mill
4.
Limbah
Telah dilakukan pembuatan magnet
Barium Stronsium Ferit dari bahan baku utama millscale dari hot strip mill yang
merupakan limbah PT. Krakatau Steel. Dipilihnya millscale dari hot strip mill
sebagai bahan baku utama magnet permanen ferit karena limbah tersebut banyak
mengandung FeO yang dapat diolah menjadi a-Fe203.
Hasil percobaan telah mencapai karakteristik magnet motor DC pada kondisi
kehalusan bahan baku 400 mesh, temperatur kalsinasi 1200oC,
temperatur sintering 1250oC holding time 60 menit dengan komposisi
kimia (0.7BaO.0.3SrO)3.5Fe2O3. Percobaan pembuatan
prototipe magnet motor DC mini dengan tekanan 3.5 ton/cm2 sudah
mencapai nilai magnetik motor DC mini acuan dengan karakteristik magnetik
sebagai berikut ;
Induksi remanen, Br =
2.30 kG, koersifitas, Hc = 1.735 kOe dan BHmaks =
1.04 MGO
5.
Hasil
Olahan
Pabrik ini memproduksi baja lembaran
dengan cara pengerolan panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahun dengan
menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran sebagai berikut :
ü Tebal : 18 - 25 mm.
ü Lebar : 650 - 2080 mm.
ü Berat maksimal : 30 ton per gulung.
Kapasitas produksi adalah 1 juta ton
per tahun. Pengontrolan ketebalan dan ukuranukuran lainnya dengan menggunakan
sensor radioaktif yang dilengkapi dengan sistem proses dalam rangka optimasi
produk.
Baja lembaran panas yang berupa coil
dan pelat adalah jenis produk baja yang dihasilkan dari proses pengerolan
panas. Pabrikan dan para pengguna jenis baja ini umumnya menyebut produk ini
'baja hitam' sebagai pembeda terhadap produk baja lembaran dingin yang juga
biasa dikenal sebagai 'baja putih'.
Krakatau Steel juga memproduksi baja
plain carbon dan baja micro-alloyed yang dapat digunakan untuk berbagai
penggunaan, dari kualitas umum atau komersial hingga kualitas khusus, seperti
struktur rangka baja, komponen dan rangka kendaraan bermotor, tiang pancang,
komponen alat berat, fabrikasi umum, pipa dan tabung umum, pipa dan tabung
untuk jalur pipa dan casing, tabung gas, baja tahan korosi cuaca, bejana
bertekanan, boilers, dan konstruksi kapal.
Ketebalan pelat baja lembaran panas
berkisar antara 1,80 hingga 25 mm, sedangkan lebarnya antara 600 hingga 2060
mm. Produk baja lembaran panas dapat diberikan dalam bentuk coil dan pelat.
Kondisinya dapat berupa gulungan atau sebagai produk yang melalui proses pickling dan oiling (hot
rolled coil-pickled oiled atau HRC-PO).
Krakatau Steel mampu menghasilkan
baja lembaran panas berkualitas tinggi untuk penggunaan khusus karena Krakatau
Steel telah menjalankan proses kontrol thermomekanik dan proses desulfurisasi
menggunakan ladle furnace.
Penggunaan baja lembaran panas
meliputi aplikasi-aplikasi seperti yang tercantum di bawah ini:
ü Konstruksi umum dan Las
ü Pipa dan Tabung
ü Komponen dan Rangka Otomotif
ü Jalur pipa untuk Minyak dan Gas
ü Casing dan Tubing pipa sumur minyak
ü Tabung gas
ü Baja tahan korosi cuaca
ü Rerolling
ü Konstruksi kapal
ü Boiler dan pressurized container
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses pengolahan besi PT
Krakatau Steel berbeda untuk setiap pabrik sesuai dengan karakteristik pabrik
masing-masing. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) menerapkan
teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung menggunakan
teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan
mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and Fe3O4),
dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
Pabrik Billet Baja (Billet Steel
Plant) mulai beroperasi pada tahun 1979.Pabrik ini menerapkan teknologi MAN GHH
dari Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 500.000 ton per tahun.
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant)
terdiri dari 2 (dua) buah pabrik, yang pertama adalah SSP-1 yang menerapkan
teknologi MAN GHH dari Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000
ton per tahun, sedangkan yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi dengan
teknologi Voest Alpine dari Austria dan memiliki kapasitas produksi sebesar
800.000 ton per tahun.
Pabrik ini memproduksi baja lembaran
dengan cara pengerolan panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahan dan bahan
baku yang digunakan adalah slab baja dari Slab Steel Plant. Pabrik ini mulai
beroperasi pada tahun 1983 dengan menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran
sebagai berikut :
ü Tebal
: 18 - 25 mm.
ü Lebar
: 650 - 2080 mm.
ü Berat
maksimal : 30 ton per gulung.
B.
SARAN
Kuliah lapangan ini sangat
bermanfaat bagi mahasiswa calon keguruan karena dapat menambah wawasan serta
dapat menggali ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun tentu saja dalam kuliah
lapangan tahun ini masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan agar kuliah
lapangan tahun-tahun selanjutnya lebih baik, seperti:
1. Penentuan tempat kuliah lapangan tidak harus terlalu jauh
agar dosen dan mahasiswa tidak lelah dalam perjalanan dan lebih menghemat
biaya.
2. Jika didalam perusahaan terdapat banyak pabrik, maka pabrik
yang nantinya akan dituliskan dalam laporan lebih spesifik agar observasi
mahasiswa lebih terfokus.
- Back to Home »
- Laporan Kunjungan Mahasiswa Teknik Di PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk.
Posting Komentar